Berharap Kepada Manusia


Pernah kan mendapati sesuatu yang tidak sesuai harapan? Pesan makanan tapi rasanya nggak pas, beli baju online tapi pas datang nggak sesuai sama yang di foto, atau rencana yang tiba-tiba dibatalkan. Masih banyak dong ya contoh lainnya. Sampai-sampai fenomena ini (((fenomena))) membuahkan quotes yang inginnya mengajari kita seperti “don’t hope too much, don’t expect too much”, “keep your expectation low”, “hope for the best, prepare for the worst”. Sampai ada quotesnya berarti hal ini dialami banyak oraCongratulation, you’re not alone!ng kan.  Kalem kalem. And the good news is also a congratulation! You’re not alone in willing to how to deal with this situation. Bahkan Ali bin Abi Thalib pun pernah merasakannya.






Jadi…apakah salah kita berharap? Katanya harapan itu penyemangat hidup. Iya kok bener memang penyemangat hidup. Mungkin kita hanya perlu berlatih satu hal pelengkap ‘harapan’ yaitu ‘menyikapi kenyataan’ hehe. Caranya? Belajar dong hehehe.

Hari ini Allah kembali memberikan teguran lembutnya untuk mengingatkan agar aku berharap padaNya saja. Hal kecil sih memang yang mengingatkan. Tapi justru itu, doaku terkabul! Lewat hal kecil inilah aku diingatkan. Aku pernah dan hingga saat ini masih berdo’a “Ya Allah, tegurlah aku jika aku lalai dengan lembut dan berikan kepekaan pada hatiku untuk merasakan teguran lembutmu itu”. Anugerah kan, kalau kejadian kecil saja sudah cukup membuat kita jadi ingat Dia lebih banyak, how sweet and warming :)

Ditambah lagi ada obrolan di radio tentang ‘rida’, hm boleh juga. Inti obrolan itu, narasumber menyampaikan bahwa sebagai manusia kita harus rida dalam menghadapi segala hal. Yaa…rida dan ikhlas, dua hal yang sulit sekali mewujud dalam sanubari kita, atau –ku lah. Namun, kita harus berlatih dong ya, bismillah pasti bisa :)

Jadi, bagaimana seharusnya kita berharap? Sejauh ini quotes yang paling bijak menurutku sih “hope for the best and prepare for the worst” hehehe. Tapi..ssst…dengan lembutnya, lagi-lagi aku diingatkan. 




Rupanya Allah cemburu! Ia merindukan kita. 

Awalnya, aku pikir kutipan tersebut agak cengeng, karena ketika harapan kepada manusia tak terwujud, kita melemah sehingga kita harus mengadu pada Allah, semacam ada 'berharap ke manusia dulu'.  Astagfirullah bukan begitu ternyata! Hari demi hari kulewati dan kayaknya persepsi tentang kutipan ini jadi lebih bijak, ehem. Justru kutipan ini mengandung kekuatan lho, karena kita membebaskan pengharapan kita terhadap makhlukNya, instead, kita berikan pengharapan kepada yang maha Pemberi Karunia, tanpa lewat perantara, langsung saja berharap padaNya, lewat doa-doa yang bisa menembus langit. Toh kalaupun kita ada sedikit cimit-cimit harapan kecil untuk makhluk, Dia to yang maha memiliki dan mengatur makhlukNya. Yasudah, berharap padaNya saja cukup, cukup banget.  

Teorinya sih begitu ya, prakteknya susah. Hehehe…I know I know. Ini juga sebagai ungkapan dan pengingat pribadi. Tapi tapi..kalau kita berusaha sungguh-sungguh dan lalu menggantungkan harapan padaNya, Dia akan memberikan yang terbaik kok. Karena janji Allah itu benar kan, dan kita memang harus jadi pembelajar seumur hidup.

Jadi, kalau sekarang pesen makanan tapi rasanya nggak sesuai harapan, ya sudah kan yang penting kita tetap kenyang, malahan bisa berbagi rezeki buat penjualnya, jadi nyicipin cita rasa yang berbeda, so many things to be thanked of!

Berharap padaNya saja, yang tidak akan pernah mengecewakan kita :)
 

 

Comments

  1. Bagus banget mba tulisannya. salam kenal ya

    ReplyDelete
  2. aku sukaa, saya izin copas ya mbaa

    ReplyDelete
  3. Subhanallah... makasih telah menyadarkanku akan hal ituπŸ˜”πŸ˜Ÿ

    ReplyDelete
  4. Maa syaa Allah..mksh kak..suka banget tulisannya, sesuai dg yg sedang sy rasakan, ijin copas ya. Thanks before.

    ReplyDelete
  5. Masyaallah ijin copas kak

    ReplyDelete

Post a Comment