Renungan Sepuluh Bulan

Sepuluh bulan udah aku tinggal di Amerika. Dan hal yang sering ditanyakan adalah “dapet apa kamu ke Amerika?”. AKu tahu apa yang ku dapatkan, although it’s something invisible for now. Benern deh, jujur kalo untuk mengungkapkan, menjelaskan, susah-susah gampang buat pertanyaan ini. Tapi aku tahu bahwa ‘hal itu’ udah aku dapatkan. Dan, justru di sinilah tantangannya, gimana caranya aku bias njelasin semua itu (dan itu ga sekarang).
Banyak sekali kejadian-kejadian yang “feeding mind and soul” yang aku alami selama di sini. Meskipun aku ga tiap kali update Facebook , photos, note, bahkan status. Aku ga serajin itu untuk Facebook.
Aku cukup kaget ketika aku coba bikin list apa yang harus dan udah aku lakukan untuk bulan ini. Wow! I am able to do this much! Aku ingat betapa tergantungnya aku sama ‘perintah orang tua’, ‘situasi dan kondisi’ serta ‘tuntutan lingkungan’. Sekarang, selama di sini, siapa yang bakal ngawasin aku coba? Ibaratnya aku bisa aja melakukan apapun tanpa cerita-cerita ke orang tuaku, temen-temen dan orang Indonesia lainnya. Tapi beruntungnya aku, do’a orangtuaku menuntunku ke jalan yang lain. Bukan ‘kebebasan’ itu tapi kemandirian.
Sesekali aku teringat ternyata nggak setiap minggu aku telepon sama orang tua. Ga setiap hari ngobrol lewat internet. Aku bener-bener merasakan ‘perantauan’ yang sesungguhnya. Dan selama 10 bulan itu kelamaan aku udah terbiasa, sampe sering kali aku ga menyadari bahwa aku bukan di ‘rumah’ku sendiri. Bahkan mungkin aku ga sadar aku telah berubah untuk beberapa hal. I have no much idea.
Tulisanku kali ini beneran acak-acakan deh, tapi perlu ku tulis juga bahwa saat ini, dua bulan terakhir di masa programku (bukan dua bulan terakhir di USA, karena suatu saat aku ingin kembali) kondisi emosional sedang berada di antara sad dan excited. Sedih karena aku udah kenal orang-orang di sini, aku udah punya ‘kehidupan minor’ di sini, dan dalam 6 minggu aku bakal meninggalkan mereka? That’s suck. Dan senangnya, aku bakal ketemu ibu bapak ade dan keluarga, temen-temen yang q ga liat mereka selama setahun kurang lebih!!! What an excitement! Kembali ke asalku.
Keadaan emosional itu cukup sulit dimengerti, karena kadang aku mikir ‘sumpah ga tahan pengen pulang’ tapi kadang ‘Ya Allah, aku kekurangan waktu’. Dan kalo diibaratkan sebagi kurva, mungkin ini lagi naik ke puncak kali ya. Hingga saatnya di puncak nanti, aku ga bisa nangis dan ga tersenyum asli, karena aku dah ngalamin ini sebelumnya.
But..I’ll never worry about this. I know it’s a stage of life. And because I know God will make everything’s alright.

Comments

  1. Oke deh,Semangat baru, pasti bisa kembali untuk mengulang hal yang indah, InsyaAllah

    ReplyDelete

Post a Comment