End Year Wisdom

Salah satu pelajaran hidup yang penting banget di tahun ini ternyata ku dapatkan di penghujung tahun 2019. Such a perfect closing lesson. It wraps up my 3 resolutions at the beginning of this year. So, let's wrap it up.

Tiga resolusiku awal tahun ini bertujuan biar aku lebih rasional dalam menyikapi kehidupan sehari-hari. Sedikit banyak ini dipengaruhi oleh suamiku, yang jadi panutanq because dia tidak baperan, tidak takes things personally. He just takes things as they are. Jadi hidupnya nyaman dan ga baperan, dan tentunya akan encountered by orang-orang yang ga baperan juga (karena yang baperan akan minggir duluan).

And today, I learned two lessons. Pertama, untuk ga ngabisin waktu untuk hal yang kurang penting. Kedua, untuk ga ngasih saran kalo ga diminta. Kok tiba-tiba ngomong gitu? Pengalaman hidup, baru kejadian soalnya. Daripada kesel sendiri, mending diungkapkan, dengan saluran yang tepat tentunya. Biar baik buat diri ini. Hehehe

Pertama, spend time wisely. Gausah berdebat yang tidak perlu dan ga ngaruh-ngaruh amat ke kehidupan kita atau keluarga kita. Contoh nyata nih, kita beropini, lalu orang lain ga setuju. Yaudah lah bebas aja terserah. Meskipun opini&argumen kita punya dasar yang kuat, ga perlu lah ngotot-ngotot amat. Ntar dikira kita yang ambis, kan males ya. Berniat meluruskan, eh kita yang dikira rewel. Waduh, big no no.

Kedua, never give any advices if you're not asked for. Unless it's a person you really care about, your main family or your bestfriend. Soalnya, if a person really needs your advice, they should ask. As simple as that. 

Dua hal itu lumayan banget untuk bikin keseharian kita lebih efektif dan berkualitas, karena kita akan terfokus untuk ngurusin hal yang lebih penting seperti pengembangan diri, update ilmu, dan berbuat baik ke orang lain. Serta akan lebih banyak positive vibes di sekeliling kita. Sounds good huh? What a wise spending of energy.

Alhamdulillah, terima kasih Allah buat pelajarannya. Pengalaman emang guru yang terbaik. Kalo ga ngalamin, ga belajar. Terima kasih juga buat bapak ibuku yang dengan didikannya aku bisa mengolah kebetean jadi sesuatu yang insya Allah produktif&positif macem ini. Wkwkw. Because life hustles are inevitable, so we have to have the ability to manage it, and turn it into something even better for ourselves.

Satu lagi yang penting, meskipun kita bertemu dengan satu momen dimana seseorang berbuat hal yang kurang favourable buat kita, ga boleh kita terjebak sama cancel culture. Alias digebyah uyah. Digeneralisir. Sekali orang nyebelin, kita cancel. Not like that buddy. Be rational. Dan fair aja. Nilailah itu sebagai sebuah kejadian. Bukan sebuah penilaian yang mewakili seseorang, yang pars pro toto alias sebagian untuk semuanya. Intinya semua orang ada sisi baiknya, sama seperti ada sisi nyebelinnya. Namanya juga manusia.

Okay, that's all a wrap up for today. My end year lessons, my very wise ones. And you know what? Now I am a more positive person (smile).

Comments